Politik Itu Kotor Dan Kejam, Benarkah?

Jika mendengar kata "politik", pasti sebagian orang yang anti akan mengatakan 'politik itu kejam', 'politik itu kotor', politik itu bla...bla...bla...dll.

Apakah benar demikian...??!

Saya bukan ahli dan pecinta politik, tapi Coba Anda pikir ulang...

Apa anda punya anak yang kuliah di FISIP (Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)..?!!

Jika anda berkata politik kejam, kotor dll dan anda punya anak yang kuliah atau lulusan FISIP, maka itu sama saja anda menyebut anak anda calon orang kejam.

Bapak saya pernah bilang bahwa yang mengatakan 'politik itu kejam' kurang tepat. Karena katanya, kalau kejam berarti yang kuliah di jurusan FISIP dan sarjana lulusan FISIP adalah orang-orang kejam.

Jika saya renungkan, memang ada benarnya juga. Sebenarnya bukanlah politiknya yang kejam, tapi orangnya lah yang membuat kecurangan dan kejahatan dalam urusan berpolitik.o

Kejam karena akan menyikut siapa saja yang menjadi saingannya. Kotor karena caranya yang menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Untuk zaman sekarang mungkin bisa kita dikatakan memang banyak politikus yang menggunakan jalan kotor dan keji tersebut.

Lebih mementingkan diri dan kelompok daripada kemaslahatan masyarakat.

Masuk politik bukan ingin menjadi penyalur aspirasi rakyat tapi malah mencari jalan duit, korupsi dan makan uang rakyat.

Namun jangan dulu menganggap bahwa semua politik itu jelek.

Karena Rasulullah SAW pun adalah seorang yang ahli dalam bidang politik.

Wali Songo pun banyak yang ahli di bidang politik, seperti Syeikh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel.

Bahkan Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati adalah raja dan juga ulama yang sudah pasti ahli dalam bidang politik.

Dalam bidang Fikih pun bukan hanya membahas tentang ibadah saja, karena mulai dari yang paling dasar seperti bab Thaharah/bersuci sampai hukum tata negara dibahas dalam kitab Fikih.

Lalu kenapa ada sebagian orang yang mengaku beragama Islam tega bersikukuh ingin memisahkan antara agama dan negara?

Bahkan ada yang mengatakan "Buat apa kiayi ngurus politik. Tuh urus aja pesantren".

Memangnya ulama gak boleh? Gak bisa berpolitik?

Bukankah sudah jelas nyata dahulu saat agama dan ketatanegaraan disatukan, Islam berada dalam puncak kegemilangan?

Dimana banyak raja-rajanya yang sekaligus adalah seorang ulama.

Dan hasilnya bisa dirasakan semua orang, bukan hanya Muslim saja, tapi juga non-Muslim.

Di zaman Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, Islam bisa sampai menakhlukan Eropa.

Ilmu pengetahuan pun berkembang pesat, sehingga teknologi dan kemajuan barat saat ini merupakan bagian dari jasa ilmuan Muslim dan kerajaan Muslim zaman dulu.

Meskipun Indonesia bukan negara Islam, tapi setidaknya jangan sampai menjauhkan agama dari negara.

Karena agama bisa jadi rem supaya manusia tidak berbuat seenaknya.

Jika agama dipisahkan, maka hukum rimba berlaku dimana yang kuat, dialah yang menang.

Semoga saja perpolitikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi. Supaya bisa meluruskan anggapan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa 'semua politik itu kejam'.

1 comment